What is love ?
Dina POV
Matahari
belum menampakkan sinarnya, jam dinding baru menunjukkan pukul 06.00 aku telah
bersiap di depan cermin, kutata ramputku dengan amat cantik, seperti inilah
kegiatanku sehari-hari hanya berdandan dan berdandan. Terlihat cantik didepan
semua orang itu prioritasku. Hanya dengan ini aku bisa menutupi luka di hati
dan orang-orang bisa melihatku bahagia setiap saat. Air mataku menetes, “Tidak
! kenapa ini ? kenapa kau merusak riasanku yang cantik ini.” Aku menghapus air
mataku dengan sapu tangan. Aku keluar dari kamar menuju dapur kusiapkan bekal
makan siang dan berangkat sekolah. Aku berjalan dengan riang menelusuri taman.
Aku sudah sampai, “Pagi ?” aku duduk disebelahnya, orang yang sangat aku
cintai. Dia tetap saja tidak memperhatikanku, kuambil buku dari tangannya dan,
“apa yang lo lakuin,hah! Lo tau kan gue lagi baca !” aku hanya mengangguk,dia
berusaha merebut buku itu dari tanganku, “Laskar pelangi ? bukankah kau sudah
membacanya,” kuserahkan buku itu “ini untukmu. apa kau bisu kenapa tidak
menjawab,hah?” ku letakkan bekal itu dimejanya aku keluar dari kelas, “Dina ?
makasih ya” aku hanya tersenyum kearahnya, kulambaikan tangan kearahnya dan
pergi ke kantin. Aku duduk disebuah kursi didepan warung nasi gorang mbok lis,
“Sarapan ya mbok?” aku memesan sarapanku. “tik.tok.tik.tok” suara sepatu indah
terdengar ditelinggaku, “OH MY GOD !!!! din lo kok udah disini,” aku tersenyum
kearahnya,“ Apa malammu bahagia?” dia duduk di dekatku,“ya ampun ! non nayla
kenapa gak pekai seragam malah pakek baju mini kayak gitu,” Mbok lis kaget
melihat nayla yang masih mengenakan gaun malamnya “Mbok minta tolong izinin dia
mandi di kamar mandinya si mbok ya,” Nayla tersipu malu “iya non ?” nayla
mengikuti mbok lis pergi kekamar mandi. Aku berjalan keluar membelikan seragam
untuk nayla, dan bruk “Heh lo punya mata gak sih,”...
Raisa POV
Aku berjalan
cepat-cepat, rasanya aku bisa gila. Bagaimana mungkin aku masuk SMA Airlangga,
sekolah orang elit dan berduit. Semua ini gara-gara orangtuaku yang jadi kaya
dadakan dia gengsi kalau aku sekolah di tempat biasa dan tempat ini pilihanya.
Karena kesiangan aku berjalan terburu-buru maklum ini hari pertamaku tapi
kurasa ini bukan hari keburuntunganku, “Heh lo punya mata gak,” aku menabrak
orang tapi malah memakinya, bodoh ! Dia berdiri dan menatap lekat kearahku,
mata itu sangat tajam “Lo punya otak gak!” dia mulai berbicara aku hanya diam,
tanganku gemetar dan dingin. Kudengar
dia mendesah “Gak punya mulut juga !” aku tambah gugup, tangannya menggengam erat
leherku. Seorang cowok tampan memisahkan kami, “Din lepasin, ayo masuk ?” Dia
menggengam tangan gadis itu dan pergi meninggalkanku sendiri. Kurasa aku jatuh
cinta padanya sejak pendangan petama sungguh rupawan dan punya jiwa kesatria, tapi
kulihat tadi dia menggandeng kakak itu. Apa dia kekasihnya ? suara bel berbunyi
mengingatkanku akan tujuan awalku kesini. Aku berlari ke ruang adsminitrasi
sekolah dan diantarkan ke ruang kelasku oleh petugas adminitrasi. Aku telah
sampai didepan kelasku, “terima kasih” petugas itu mininggalkanku. Ku tegakkan
langkahku menuju kelas, guru di depan kelas menyambutku, “Perkenalkan, nama
saya Raisa almaira senjana, panggil saja raisa. Senang bertemu dengan ka..”
Wanita itu mati aku sekarang.
Dina POV
Aku bahagia
hari ini, 2 tahun pacaran baru kali ini tanganku di pegang dia, “Nih baju lo,
buruan pakek ?” kuletakkan seragam itu dimeja. Aku duduk di kursi kantin dan
memandang langit indah, “Ayo, keburu masuk !” aku berjalan dengan nayla
melewati koridor sekolah menuju ruang kelasku “Cih, kenapa semua orang
memandangi kita, kayak gak pernah lihat orang cantik,” aku hanya tersenyum
mendengar itu. Sudah tidak menjadi rahasia publik lagi aku dan nayla memang
orang yang menarik perhatian, semua orang kenal dengan kami tapi kami tidak mengenal
mereka. Tubuh kami tinggi, langsing, kulit bersih, rambut indah dan wajah
menawan itulah kami. Aku tetap berjalan dengan tenang tanpa menghiraukan
tatapan orang-orang terhadapku. Sampai di depan kelas aku mengambil tasku yang
tadi kuletakkan di sebelah meja Farel, cowok yang tadi menggandengku dan
kekasihku. Aku melangkah kebelakang dan duduk, “Kalo aja kamu mau duduk di belakang pasti aku udah duduk sama kamu,
salah sendiri duduk di depan.” Kataku dalam hati. Aku duduk di sebelah
nayla, “Tadi lo pegangan tangan sama dia ya ?” tanyanya penuh ejekan, aku hanya
tersenyum “seneng deh lo, eh kenapa lo tiap pagi selalu ada di kantin sih ?”
aku memainkan rambutku dan menoleh kearahnya, “Karna aku gak suka makan
sendiri,” aku melihat farel menoleh kearah kami, “tapi lo kan suka masak buat
far..” kututup mulutnya dengan tanganku, ku pelototi dia dan dia mengangguk
mengerti “Aku memang suka masak tapi aku tidak suka makan masakanku, dan ?
bisakah kamu diam !” bel kelas berbunyi semua siswa duduk dibangku masing-masing.
Ibu guru sudah datang tapi aku hanya cuek, tapi mataku tertuju dengan siswa
baru itu “Perkenalkan, nama saya Raisa almaira senjana, panggil saja raisa.
Senang bertemu dengan ka..” dia keget melihatku kulambaikan tanganku kearahnya,
dia terlihat salah tingkah, “Baiklah raisa kamu duduk disebelah farel ya,” aku
masing menikmati mimik wajahnya farel melihat kearahku, aku hanya memberi
senyum tanpa arti, dia hanya menunduk dan duduk disebelah farel, “ Terima kasih
!” kuteriakkan kata itu semua orang melihat kearahku, “lo gila !” aku hanya
terdiam, Ibu guru memandangiku juga,“Dina kamu dipanggil pak radit, cepat
kesana sekarang” aku sudah tau apa maksud semua ini, “dasar guru kurang ajar,” batinku.
Aku berjalan ke kantor, “permisi, apa anda memanggil saya ?” aku berdiri
didepan meja pak radit, “iya silakan duduk,” aku duduk dan terdiam disana tak
ada sepatah katapun keluar dari mulutnya, “pak, kalo gak ada yang mau di
bicarakan . Saya kembali kekelas saja,ya?” kataku, tapi dia hanya diam, aku
hendak melangkah dari tempatku, “Kamu itu mau kemana ?” aku duduk kembali,
kudengar nafas berat keluar dari mulutnya, “Coba kamu lihat nilaimu ini, jelek
sekali.” aku hanya tersenyum kearahnya, “Biasanya juga begitu,” Pak radit
mendekat kearahku, “Tidak dina kamu berubah semenjak kejadian itu,” mataku
melotot kearah pak radit, “lalu bapak ingin saya berbuat apa, kenapa setiap
kali bapak selalu membicarakan hal itu ?” pak adit menjauh lagi “kamu akan
bapak privat, sebagai wali kelas bapak malu.” aku kaget mendengar itu semua
“pak tapikan bukan hanya saya saja” pak radit tertawa kecil “tapi hanya kamu
yang bisa bapak tangani dan masalah yang lainnya nanti dipikirkan belakangan,
silakan keluar !” aku keluar dari ruangan itu. Aku diam bukan berarti setuju
tapi lihat saja apa yang akan aku lakukan. Aku kembali kekelas dan duduk
ditempatku berada “apa yang dikatakan pak guru ganteng,” nayla bertanya penuh
senyuman kearahku “nanti kamu juga bakalan tau. Ntar malem keluar yuk” nayla
terlihat kecewa “mau gak ?” nayla hanya mengganguk bel pergantian jam pelajaran
berbunyi. Dret..dret..dret..
From : Farel sayang
Ntar lo gue anter pulang ?
Aku tersenyum kearahnya, “Oke, tunggu gue ya,” semua orang
menoleh kearahku lagi, begitu pula farel, “Duh malu gue,” nayla menatapku
dengan tatapan aneh, “sehatkan ?” aku hanya diam menyembunyikan mukaku.
Dret..drett...drett
From : Farel sayang
Lo bisakan bales aja. Malu2in tau gk
To : Farel sayang
Iy.tau mf
“Malu-maluin gini juga
pacar lo.” Begitulah
dia 2 tahun pacaran gak ada manis-manisnya tapi walau begitu aku selalu sabar
karena aku terlalu menyayanginya. “pagi semua ?” pak guru nyebelin telah
sampai, “pagi pak ?” aku menatap penuh arti kearahnya “hem kalian tau kenapa
dina saya panggil tadi,” semua orang menggeleng tidak termasuk aku, “Bapak akan
memprivat dia karena nilainya benar-benar hancur.” Seluruh kelas terkekeh
kecil, “Saya gak sutuju ! ntar aku maenya sama siapa ?” semua orang malah
tertawa, “Bodoh!” kujitak kelapa
nayla “ kalian akan saya suruh mebuat kelompok, terdiri dari 2 anak dan boleh
pilih sendiri.” Semua anak dikelas semrawut saling memilih satu sama lain, “Din
gue sama siapa ?” gila ni anak tinggal milih aja susah “Iya ada siswa baru kan,
siapa itu ?” tanya pk radit, raisa mengangkat tanganya “kamu sekelompok sama
farel aja ya?” Pak radit memang bener-bener ngajak perang kali ya, baru aku
ingin berbicara farel menatap kearahku menyuruh diam. Aku kesel harusnya aku
sekelompok sama pacarku dong, “Pak saya sama siapa ?” Nayla bener-bener ya
tinggal milih aja susah, “Kamu sama bapak dan dina gimana?” aku melihat kearah
nayla, “mau, mau banget bapak kan ganteng,” duarrr otakku pecah, semua orang
dikelas tertawa, “lo bisa gak sih pinter dikit,” nayla hanya diam dan
senyum-senyum sendiri. Semua pelajaran telah selesai aku menunggu farel di
depan sekolah, “ayo naik ?” aku naik ke motor farel dan kami pergi ke mall. Dia
berjalan sendiri tanpa mengandengku, “farel tunggu,,?” dia berhenti dan aku
menabraknya “lo bisa gak sih pelan-pelan, gue kan gak bisa ngejar lo terus.”
Dia hanya diam menatapku “Bukanya lo udah biasa ngejar gue !” aku tercengang
mendengarnya dia menggandengku berjalan. Kami duduk di dekat kaca “lo mau makan
apa,” aku hanya terdiam “hei !” aku menghela nafas berat, “terserah !”dia pergi
memesan makanan. Kurasa sia-sia 2 tahun bersabar dia selalu saja kasar,
terbiasa menunggu kata-kata macam apa itu. Farel duduk didepanku membawa
seporsi nasi goreng dan 2 gelas capucinno float “ni makan cepet” diletakkan
makanan itu didepanku “lo gak makan ?” dia menyeruput minumannya “masih
kenyang” aku hanya mengangguk ku santap makan siangku dengan lahap, “Ntar kita
lihat-lihat sepatu dulu ya” Farel melihat kearahku tak percaya “lo kan udah
punya banyak sepatu,” aku mengusap pipinya “farel sayang, sepatu itu bagi
wanita lebih berharga dari cincin berlian dan itu kehormatan wanita, apa kau
tau ?” dia menepis tanganku dan pergi meninggalkanku sendiri. Aku menunggunya tapi
tetap saja dia tidak datang, ku putuskan untuk pergi dari sana. Hatiku terluka
lagi sampai kapan aku akan terluka seperti ini, ini hari ulang tahunku tapi tak
seorang pun mengingatnya. Air mataku menetes merasakan itu, punya kekasih tapi
justru menyakitiku punya teman begitu polos dan bodoh. Aku keluar dari mall
itu, aku pergi dengan taksi “pak keliling dulu ya pak ?” Aku menangis didalam
taksi entah mengapa hatiku sakit, kubuka ponselku, ada 5 sms masuk
From : Nayla
Gue tunggu lo di tempat biasa,J
From : Mama
Selamat ulang tahun,sayang
From : Pak radit
Dina selamat ulag tahun ya, maaf bapak tadi lupa. Sekarang
kamu dimana ?
From : Nayla
Din,knp lo gk ngmng klo ulng thn ? kl gt gue bs ngsh lo kue n
kado, mf y syng L
Aku hanya menangis, “kamana aja kalian kenapa baru inget
sekarang ?” aku menghapus air mataku dengan siku tanganku, “pak klub nice night
ya,” bapak supir hanya menganguk, aku turun didepan klub sebelum masuk aku
berganti baju di toko sebelahnya. Aku masuk kedalam klub itu suara musik
membuat semua orang berjoget dengan bahagia, kulihat nayla sudah memulai
pekerjaannya. Aku melambaikan tangan kearahnya yang sedang minum wine, “Belum
juga malam, kenapa sudah mulai,?” aku duduk disebelahnya, “kau mau minum ?”
tawarnya, aku menggeleng “kau selalu suka datang tapi tidak pernah mencobanya
?” dia mengajakku turun tapi aku menolaknya. Walau aku suka suasana musik malam
yang sangat keras tapi aku tidak suka minum-minuman ini apalagi ikut berjoget.
Aku menikmati musiknya belum saja 15 menit nayla sudah duduk kecapekan, “lelah
kah ? apa lo gk bosen tiap hari dugem ?” dia menyeguk kembali minumannya “tidak
! Hanya ini yang bisa memperbaiki hatiku,ehm kau akan dapat tamu,” dia kembali
turun, tapi apa maksudnya mendapat tamu. Kulihat dia berbicara dengan seorang
cowok, aku merasa mengenal lelaki itu tapi siapa ? begitu jauh jadi susah
memastikan, dia berjalan kearahku, “OH MY GOD.” Dia duduk disebelahku yang
ternganga lebar “hei, tutup mulutnya bau tau,” dia tersenyum kearahku membuatku
meleleh seketika, “Sadarlah, apa aku hantu, aku pacarmu tau,” dia memelekku, aku
sekarang sadar ternyata benar ini farel, pacarku. Dia menarikku keluar, kami
pergi dari sana mengendarai motornya. Aku berpegang erat pada punggungnya,
sungguh indah menikmati malam dingin tapi terasa hangat karena punggungnya.
Waktu berlalu sangat cepat tiba-tiba saja kami telah sampai di rumahku. Kami
turun, dia memasangkan kalung dileherku, “Happy birtday dina.” aku sangat bahagia aku memeluk erat tubuhnya
“diluar dingin masuklah, ini untukmu” Aku berjalan masuk, kutoleh kebelakang
ternyata dia sudah pergi, biarlah yang penting aku bahagia.
Aku berjalan
menelusuri koridor sekolah, walau belum ada orang aku berjalan dengan sangat
anggun dan indah. Aku sangat bahagia mengingat kejadian tadi malam sampai aku
melupakan nayla, aku tak merasa khawatir dia marah padaku karena baginya asal
aku bahagia pasti dia bahagia. Aku masuk ruang kelas dengan senyuman lebar di
pipiku, aku kaget begitu melihat farel sudah duduk manis dengan raisa dan
bercanda bersama. Raisa yang menyadari kehadiranku langsung berhenti tertawa
dan diam, “Apa yang kau lakukan anak baru ?” aku menatapnya tajam, farel
berjalan kearahku, “Gue mau ngomong sama dina lo keluar !” raisa keluar dari
ruangan farel manatapku lekat-lekat “Dina apa yang lo mau lakuin ?” aku
tersenyum getir kearahnya “Bukannya kau lebih tau tentangku,” dia tertawa kecil
“Kau mau menamparnya, menguyurnya dengan air cucian atu menguncinya di toilet,
apa kau gadis liar !” Kupingku terasa panas mendengar itu semua “Gadis liar ?
oh lo mau pacaran sama gadis liar kayak gue ?” dia tersenyum sinis kearahku
“Din, gue mohon sama lo ! jangan lakuin itu lagi sekarang lo udah dewasa, lo
harus jaga harga diri lo, masih punya kan harga diri?” Aku tetap terdiam “Lo punya mulut gak sih !” aku menoleh
kearahnya mataku mulai memanas, tak pernah kudengar dia marah karna semua
sikapku “Gue kemarin udah beli’in lo harga diri ah bukan kehormatan, bukankah
itu cukup!”dia membentakku air mataku menetes, dia terdiam sejenak dan
menarikku ke pelukkannya. Aku menangis di pelukannya, ku pegang erat tubuhnya
kuluapkan semua duka dan luka hatiku bersama air mataku. Dia menjauhkan tubuhku
dan mengusap air mataku lembut, “Wah, apa yang lo lakukan ?” Nayla menarik
tubuhku dari farel tapi farel menahanhya, “Lepaskan aku tidak apa-apa ?” mereka
berdua melepaskan tanganku aku duduk di bangkuku, farel mendekatiku “maafkan
gue, dina lo harusmulai hidup yang lebih baik. Ikuti privat pak radit belajar
dengan keras. Kembalilah menjadi dina yang kukenal dulu. Kumohon ?” dia keluar
kelas, aku memikirkan kata-katanya tadi. Dia meminta kepadaku, baru pertama
kali aku mendengarnya, “Aku akan melakukannya, kamu tenang ya
farel” . Aku bertekad untuk berubah, semua kegiatan yang tidak penting
tidak aku lakukan. Bahkan ketika nayla mengajak dugem aku selalu menolaknya.
Aku memandangi langit malam yang gelap di halaman rumah pak radit, “Kau telah
berusaha sangat keras dina, walau nilaimu tidak sempurna tapi ada pengingkatan
.”aku tersenyum bahagia “semua ini berkat bapak juga,” dia memeluku “Terima
kasih dina, kamu membuat bapak merasa lebih baik sekarang” aku terdiam dalam pelukannya “Besok kamu
harus tau ini, farel.”
Raisa POV
Aku
menunggunya di depan rumahku, sudah 3 bulan ini kami melalui waktu bersama.
Walau ini menyakitkan karna dia belum menyatakan cintanya padaku dan statusnya
pun belum jelas tapi aku tetap saja menunggunya. Sudah 1 jam lebih aku
menunggunya tapi dia belum datang juga, “Tidak kamu harus kuat raisa, demi
dia,” beberapa menit setelah itu dia sudah datang, aku memeluknya erat “Ku kira
kamu tidak datang ?” aku meneteskan air mataku “Aku kan sudah janji akan
datang, kukira kau tidak akan menungguku,” aku melepas pelukanku, kugantungkan
tanganku dilehernya “aku akan selalu menunggumu.” Kudekatkan wajahku kearahnya
“ayo berangkat !” gagal semuanya. Kami akan berkencan, dalam dinginnya malam
aku bahagia. Aku memegang erat tangannya ke bioskop, kulihat dia tersenyum “Mau
nonton apa?” aku berdiri didepannya “ehm yang bagus apa ?” dia tersenyum lebar
“aku tidak tahu, ehm tapi katanya 3600 detik bagus, mau ?” aku memelukkanya
“apapun farel, asal aku denganmu semunya terlihat bagus” dia melepaskan
pelukanku “akan aku belikan tiketnya,” Selama film diputar aku hanya memandangi
wajahnya, dia menggengam erat tanganku dan membiarkan aku bersender di bahunya.
Setelah itu kami makan, dia menyuapiku, membelai rambutku, mengusap bibirku
yang blepotan dan memegang tanganku erat. Dia mengantarku pulang setelah itu,
“Selamat malam, cepat masuk ?” aku tak mau beranjak dari sana aku takut
semuanya hanya mimpi, “akan kubuat statusku jelas, jadi jangan khawatir,” dia mengecup
keningku dengan hangat, aku berjalan perlahan kerumah, aku menoleh kebelakang
dan dia masih ada disana. Aku masuk dengan sangat senang lalu tidur.
Dina POV
Aku
berdandan rapi dikamar, sudah kuputuskan akan membuat rafel terkejut dengan
nilai UTSku “Sempurna. Kau cantik dina”. Untuk pertama kalinya aku sampai
disekolah pukul 06.45 sudah ada banyak orang disana, aku berjalan dengan santai
“dina tunggu,” kubalikkan badanku “Wah cantiknya, apa kau benar-benar temanku,”
aku mengangguk manis kami berjalan bersama menuju kelas “Din ntar kita ikut
baksos yuk,?” aku kaget mendengar nayla berkata seperti itu, kupegang
keningnya, “gue waras, gue pengen berbuat hal baik aja,” aku bahagia mendengar
itu “Siap bos !” bel sudah berbunyi, kami berlari menuju kelas “Pagi semua ?”
pak radit sudah sampai di kelas “pagiiii pak.” Kami duduk dibangku kami
masing-masing “Oke rapot uts sudah dibagikan, selamat buat rafel dan raisa
kalian menjadi juara 1 karena nilai kalian seri,” prok..prok..prok “Hari ini
bebas tidak pelajaran, khusus farel dan raisa keruangan saya,” mereka pergi
dengan pak radit padahal aku baru saja ingin menyampaikan hal penting sama
farel. Aku menunggu mereka tapi tetap tidak kembali, kuambil ponselku
To : Pak Radit
Udh blm?
From : Pak radit
Udh.
Kemana mereka pergi, aku memutuskan untuk mencari mereka.
Tempat orang-orang pinter pasti mereka disana, sesampainya didepan perpustakaan
aku merapikan penampilanku. Aku masuk kedalam dengan sangat antusias “Farel aku
dapet nilai..” aku kaget melihat semua itu “Dina, ngapain kamu di..” mereka berdua kaget, “Gue bisa jelasin ke lo din,”
apa mataku salah rafel dan raisa pelukan, “farel jelasin semuanya sekarang ke
dina,” dia memegang tangan farel dengan memohon. Aku mendekati mereka berdua,
kutampar pipi farel “lo apa-apaan sih din, kamu gak papa sayang,” hatiku
semakin panas, ku alihkan tanganya dari pipi farel tapi dia mendorongku, “plak”
kutampar juga dia, raisa hendak menampar balik tapi farel menepisnya, “kamu
keluar dulu ya?” aku terdiam “tapi rel !”. Akhirnya diruangan itu hanya ada aku
dan farel. Aku menepis tangan rafel yang hendak menyentuh tanganku, “Maaf din,
gue udah nyakiti’in lo” air mataku menetes “bisa gak lo langsung ngomong, hah!”aku
teriak kearahnya “oke, gue pacaran sama dia, gue sayang sama dia, gue nyaman
sama dia,” Tubuhku lemah aku terjatuh didepannya dia hanya berdiri diam, kuraih
ponselku “nay..lo di-ma..-na, su-sul gu-e di pe...” rafel munundukkan badannya
“jangan pernah sentuh gue ! gue di perpus, susul sekarang,” kukuatkan tubuhku
untuk berdiri, “Dina lo gak papa” kutangkis tangannya “lo budek ya ! gue bilang
jangan sentuh gue, pergi lo ! pergi !”dia melangkah keluar, aku menangis disana
“dina lo kenapa ?” aku hanya menangis ku peluk nayla, “bantu gue, bawa gue ke
kelas ?” dia mengangkatku, dia menuntunku tapi ditengah jalan pandanganku buram
dan kepalaku pusing. Aku tidak mengingat semuanya, kubuka mataku perlahan
disana ada nayla dan pak radit “lo gak papa, din?” aku mengangguk, aku menangis
lagi di sana kupeluk pak radit. Setelah sekolah aku pergi ke tempat biasa, aku
duduk terdiam disana kunikmati musik dugem dengan air mata mengucur di pipiku.
Tubuhku mulai pegal kubuka mataku pelan-pelan, mataku terbelalak melihat
orang-orang yang berdiri di depanku “Bangunlah sudah berapa hari kamu disini,”
kucoba berdiri tapi aku terjatuh, tangan lembutnya membangunkanku “Nay,
antarkan dia mandi,” aku dituntun ke kamar mandi klub. Tubuhku segar sekali,
entah berapa hari aku tak mandi dan makan sekarang aku benar-beanar segar, aku
keluar dari kamar mandi disana sudah ada makanan dan pak radit duduk
disebelahnya “makanlah kamu butuh tenaga ?” aku lahap makanan itu, tanpa sadar
air mataku mengalir “Kenapa selalu aku ?” dia menyentuh rambutku “Bukan kenapa
harus kamu ? tapi apa yang telah kamu lakukan,” Dia benar apa yang telah aku
lakukan sampai hidupku seperti ini “entahlah kurasa cinta tak pantas untukku,”
dia tertunduk diam “kamu harus kuat dina, relakan dia. Kamu pikir duduk diam 3
hari disini menyelesaikan masalah, apa dia peduli denganmu ? coba pikirkan,”
aku mulai tenang sekarang “Dina jangan menghindari masalah tapi hadapilah.
Jangan buat keputusan yang sama, menyalahkan diri sendiri lagi, sama seperti
dulu,” kulihat dia begitu serius bicara denganku “Bicaralah dengannya,”
makananku hampir menyembur kearahnya “kamu gila!” dia memegang tanganku “Jangan
menjauhinya seperti kamu menjauhi ibumu, setelah itu coba kamu kembali kerumah ibumu
dan tinggallah denganya,” otot tubuhku mengeras “Ayah dan kakakmu bukan
meninggal karena ibumu yang memintanya merayakan ulang tahummu bersama tapi karena
takdirnya begitu,” Kupejamkan mata ini ku coba mencerna semua kata-katanya “Jika
kali ini cinta tidak memihakmu, nanti akan ada cinta yang bisa membuatmu
tersenyum bahagia, tapi hanya ada satu cinta yang tak akan pernah pudar, cinta
ibumu” entah mengapa sekarang aku meridukan ibu, aku sudah lama tak berjumpa
denganya “Cobalah selesaikan masalahmu sekarang jangan menghidarinya,” Dia
pergi meninggalkanku disana sendiri, Aku berfikir sangat keras mencoba mencari
tahu apa yang terbaik untukku. Musik sudah mulai bergema orang sudah banyak
berdatangan aku pergi dari sana.
To : Farel
Gue mau ketemu, di kafe rose jam 20.00
Send
Kulihat jam dinding baru pukul 18.00 aku menunggunya disana
tapi sampai pukul 21.00 dia belum datang. Aku tetap menunggunya dari jauh aku
melihat dia bersama seorang wanita, raisa “dasar
cowok brengsek” pikirku, mereka duduk hadapku “Bisa kita bicara berdua ?”
kataku mengawali percakapan, gadis itu melapaskan tangannya yang mengikat kuat
tangan farel “Kamu disini aja, biar gak salah paham,” tanganku mulai mengeras
“brengsek ! apa gue gak penting sama sekali, gue cuma sebentar, tolong !” kutekankan
setiap kata-kata itu, akhirnya gadis itu menjauh walau masih mengawasi “sejak
kapan lo sama dia ?”kutatap dia lekat-lekat “kalo lo cuma mau ngomong itu
mending gue pulang, lo juga masih emosi kayak gitu,” aku semakin memanas, ku
coba menenangkan hatiku, “ oke dengerin gue ” saat aku sudah tenang kuungkapkan
semua prasaanku denganya “Gue seneng lihat lo pertama kali, lo ada saat gue
kehilangan kakak dan ayah gue, saat hubungan gue sama ibu gue lagi kacau lo
tiba-tiba aja ada dan gue langsung jatuh cinta,” air mataku menetes “saat lo
mau jadi pacar gue, gue bahagia. Walau lo selalu bersikap buruk dan berbicara
pedas ke gue tapi gue tetep terima. Gue berharap suatu saat nanti lo bisa suka
sama gue, 2 tahun gue menahan rasa sakit itu tapi gak ngaruh apa-apa buat lo.
Kata orang cinta akan datang seiring berjalanya waktu tapi semua itu juga
salah,” aku melihatnya tapi dia hanya menunduk “Sampai sekarang gue masih
berharap ada sedikit cinta dari lo buat gue walau itu terlihat bodoh,” ku
lepaskan kalung dan sepatuku, “Gue balikin kalung lo, ehm lo bilang lo udah
beli harga diri gue kan gue balikin juga. Sepatu emang buat cewek kehormatannya
tapi bukan berarti lo udah beliin gue sepatu lo bisa beli harga diri gue, semua
itu hanya perumpamaaan tapi it’s okay aku udah biasa dapet penghinaan darimu,
kurasa aku sekarang lelah mengejar sesuatu yang gak punya hati sama sekali, kita
resmi putus. makasih buat semuanya .” aku pergi dari sana dengan kaki
telanjang, hujan turun menemani setiap langkah kesedihanku. Semua masalahku
sudah selesai baik dengan ibu atau farel, kuputuskan tinggal dengan ibuku dan
memulai hidup baru. Disini pemandangan sangat indah aku selalu mengabadikannya.
Kutelusuri jalanku sendiri hanya saja sekarang aku sudah bisa mengendalikan
perasaanku, sesekali aku kembali lagi ketempatku dulu tapi aku tidak bisa
menyapa mereka. Aku hanya melihat meraka sejanak dan membawa gambar mereka
bersamaku. Untuk cinta aku belum bisa membuka hati tapi bukan berarti aku takut
jatuh cinta hanya karena aku ingin memiliki cinta yang lebih baik sekarang.